Jumat, 28 Oktober 2011

angka pengangguran


BAB I
PENDAHULUAN

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Angkatan Kerja, Penduduk  Yang Bekerja Dan Pengangguran.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada bulan Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang. Dibandingkan dengan jumlah angkatan kerjapada bulan Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang, berarti ada penambahan angkatan kerja baru sebesar 1,8 juta orang dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Februari 2005 mencapai 94,9 juta orang, dan bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2004 sebesar 93,7 juta orang, berarti ada penambahan lapangan kerja baru sebesar 1,2 juta orang. Penambahan jumlah lapangan kerja baru yang lebih kecil dibanding pertambahan angkatan kerja baru, menyebabkan terjadi penambahan jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu orang. Dengan penambahan ini, tingkat pengangguran terbuka (Open Unemployment) meningkat menjadi 10,3 persen dibanding keadaan pada Agustus 2004 sebesar 9,9 persen. Di lain pihak, keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2005 sebesar 6,35 persen (Year On Year) belum diikuti oleh penciptaan lapangan kerja yang signifikan.
Pertumbuhan ekonomi lebih diciptakan oleh penambahan investasi baru dan peningkatan kapasitas produksi pada sektor-sektor yang kurang menampung banyak tenaga kerja. Untuk menekan angka pengangguran ke depan, diperlukan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkesinambungan dengan orientasi pada penciptaan lapangan kerja yang luas (pro-labor economic growth). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja tidak penuh (di bawah 35 jam per minggu) atau disebut underemployment, pada Februari 2005 mencapai 29,6 juta orang, terdiri dari bekerja tidak penuh tetapi tidak berusaha mencari pekerja lain (voluntary underemployment) sebesar 15,3 juta orang dan bekerja tidak penuh tetapi masih mencari pekerjaan lain (unvoluntary underemployment) sebesar 14,3 juta orang.
Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja keseluruhan sebesar 94,9 juta orang, tingkat underemployment mencapai 31,2 persen, yang berarti lebih tinggi dibanding keadaan pada Agustus 2004 sebesar 29,8 persen. Jumlah angkatan kerja pada Oktober 2005 diperkirakan mencapai 106,9 juta orang, bertambah 1,1 juta orang dibanding Februari 2005 (105,8 juta orang) atau bertambah 2,9 juta orang dibanding Agustus 2004 (104,0 juta orang). Jumlah penduduk yang bekerja pada Oktober 2005 diperkirakan mencapai 95,3 juta orang, bertambah 400 ribu orang dibanding Februari 2005 (94,9 juta orang) atau bertambah 1,6 juta orang dibanding Agustus 2004 (93,7 juta orang). Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Oktober 2005 diperkirakan sebesar 10,84%, lebih tinggi dibandingkan TPT Februari 2005 (10,26%) dan TPT Agustus 2004 (9,86%).
Jumlah angkatan kerja pada periode Agustus 2004 – Oktober 2005 bertambah sekitar 2,91 juta orang, dari 103,97 juta menjadi 106,88 juta. Sementara itu, jumlah pertambahan tenagakerja yang terserap di lapangan kerja dalam periode yang sama diperkirakan sebesar 1,6 juta orang, dari 93,72 juta menjadi 95,30 juta.
Berdasarkan situasi di atas, pertambahan jumlah penganggur pada periode yang sama mencapai sekitar 1,3 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka pada 2005 diperkirakan sebesar 10,84%, atau meningkat dibanding Agustus 2004 sebesar 9,86%. Penambahan penganggur dalam periode ini termasuk yang terkena PHK/kehilangan pekerjaannya sebagai dampak kenaikan harga BBM pada awal Maret 2005 maupun awal Oktober 2005 dan new entrants (tidak termasuk yang telah mendapatkan pekerjaan lagi).
Selisih perkiraan jumlah penganggur antara keadaan dengan dan tanpa memperhitungkan dampak kenaikan harga BBM pada awal Maret 2005 dan awal Oktober 2005, mencapai 426 ribu orang, artinya kenaikan harga BBM berpotensi menciptakan tambahan pengangguran baru sebesar 426 ribu.

B.     Angkatan Kerja, Penduduk Yang Bekerja Dan Angka Pengangguran
Situasi ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2006 mulai menunjukkan arah yang lebih baik, paling tidak jika dibandingkan dengan keadaan pada Nopember 2005. Walaupun angka pengangguran terbuka pada Februari 2006 masih cukup tinggi, mencapai 10,4 persen tetapi jauh lebih rendah dibanding angka pada Nopember 2005 sebesar 11,2 persen. Di sisi lain jumlah penduduk yang bekerja bertambah 1,2 juta orang menjadi 95,2 juta orang dibanding Nopember 2005 (94,0 juta) atau bertambah 300 ribu orang disbanding Februari 2005 (94,9 juta).
Penciptaan pertumbuhan ekonomi yang memadai dengan No. 30 / IX / 1 Juni 2006 2 Berita Resmi Statistik No. 30 / IX / 1 Juni 2006 orientasi pada perluasan lapangan kerja akan sangat membantu dalam mengurangi angka pengangguran. Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) pada Februari 2006 sebesar 159,3 juta orang, bertambah sebesar 3,8 juta orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2005 atau bertambah sebesar 800 ribu orang dibandingkan keadaan Nopember 2005.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai 106,3 juta orang, dan bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja pada Februari 2005 sebesar 105,8 juta, berarti ada penambahan sebesar 500 ribu orang. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2006 sebesar 95,2 juta orang, atau bertambah sebanyak 300 ribu orang dibandingkan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2005. Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja pada Nopember 2005, terjadi penambahan sebesar 1,2 juta orang.
 Fenomena berkurangnya jumlah penduduk yang bekerja sebesar 900 ribu orang pada periode Februari 2005 -Nopember 2005, dan bertambahnya penduduk yang bekerja sebesar 1,2 juta orang pada periode Nopember 2005-Februari 2006 menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM pada awal Maret 2005 dan awal Oktober 2005 sempat memukul lapangan kerja hingga Nopember 2005, tetapi mulai menunjukkan perbaikan pada Februari 2006.
Dampak yang sama terjadi pada jumlah penganggur terbuka. Seperti telah disinggung sebelumnya jumlah penganggur terbuka pada Februari 2006 mencapai 11,1 juta orang, atau bertambah sebanyak 200 ribu orang dibandingkan jumlah penganggur terbuka pada Februari 2005. Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penganggur terbuka pada Nopember 2005, terjadi penurunan sebesar 800 ribu orang, yang berarti pernah terjadi penambahan penganggur terbuka sebesar satu juta orang pada periode Februari - Nopember 2005.
 Dengan kondisi seperti ini, tingkat pengangguran terbuka meningkat menjadi 11,2 persen pada Nopember 2005 dan menurun menjadi 10,4 persen pada Februari 2006 (kembali seperti keadaan pada Februari 2005 sebesar 10,3%). Persentase jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam/minggu (tidak termasuk yang sementara tidak bekerja) terhadap jumlah penduduk yang bekerja relative tidak banyak berubah yaitu 29,8 persen (Agustus 2004), 31,2 persen (Februari 2005), 30,8 persen (Nopember 2005) dan 31,4 persen (Februari 2006).
 Jumlah penganggur mengalami penurunan sebesar 384 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006, dan mengalami penurunan sebesar 556 ribu orang jika dibandingkan keadaan Februari 2006. Selama setahun terakhir, penurunan penganggur terbesar juga terjadi pada perempuan, yang mengalami penurunan sebesar 542 ribu orang dibandingkan dengan penganggur laki-laki yang hanya mengalami penurunan sebesar 15 ribu orang. Walaupun selama satu tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja serta penurunan angka pengangguran, namun tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Februari 2007 masih sedikit di bawah TPAK Februari 2006. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah tenaga kerja dan penurunan pengangguran secara signifikan hanya terjadi pada kaum perempuan. Dengan demikian, walaupun TPAK Februari 2007 sedikit dibawah TPAK Februari 2006, namun terjadi peningkatan TPAK perempuan pada periode yang sama.
 Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen, dan pengangguran Agustus 2007 sebesar 9,11 persen. Jumlah penganggur pada Agustus 2008 mengalami penurunan sekitar 33 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2008, dan mengalami penurunan 616 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2007.
 Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,19 persen antara Agustus 2007 sampai Agustus 2008. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 7,87 persen, mengalami penurunan apabila dibandingkan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen, dan TPT Agustus 2008 sebesar 8,39 persen. Jumlah penganggur pada Agustus 2009 mengalami penurunan sekitar 300 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2009, dan mengalami penurunan 430 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2008. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,05 persen selama periode satu tahun terakhir.
 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen. Jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar 270 ribu orang jika disbanding keadaan Februari 2010, dan mengalami penurunan 640 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2009. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,49 persen selama periode satu tahun terakhir.

Tahun 2005
  •   Jumlah angkatan kerja Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang  dibanding Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang.
  • Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang, dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu orang.
  •  Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2005 mencapai 10,3 persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada Agustus 2004 sebesar 9,9 persen.
Tahun 2006 
  • Jumlah angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai 106,3 juta orang, bertambah 500 ribu orang dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2005 sebesar 105,8 juta orang.
  • Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2006 sebesar 95,2 juta orang, bertambah 300 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2005, tetapi bertambah 1,2 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Nopember 2005.
  • Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,4 persen, sedikit lebih tinggidibandingkan keadaan pada Februari 2005 (10,3%).


Tahun 2007
  • Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang, bertambah 1,74 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2006 sebesar 106,39 juta orang atau bertambah 1,85 juta orang dibanding Februari 2006 sebesar 106,28 juta orang.
  •  Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 97,58 juta orang, bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2006 sebesar 95,46 juta orang, atau bertambah 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2006 sebesar 95,18 juta orang.
  •  Jumlah penganggur pada Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 384 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 yaitu dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006 menjadi 10,55 juta orang pada Februari 2007, dan mengalami penurunan sebesar 556 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2006 sebesar 11,10 juta orang.
  • Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 9,75 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaan pada Agustus 2006 (10,28 persen), demikian juga terhadap keadaan Februari 2006 (10,40 persen).




Tahun 2008
  • Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 111,95 juta orang, bertambah 470 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2008 sebesar 111,48 juta orang atau bertambah 2,01 juta orang dibanding Agustus 2007 sebesar 109,94 juta orang.
  •  Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 102,55 juta orang, bertambah 503 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2008 sebesar 102,05 juta orang, atau bertambah 2,62 juta orang dibanding keadaan Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang.
  •  Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen, dan pengangguran Agustus 2007 sebesar 9,11 persen.


Tahun 2009
  •  Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta orang atau bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang.
  • Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 104,87 juta orang, bertambah 380 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang, atau bertambah 2,32 juta orang dibanding keadaan Agustus 2008 sebesar 102,55 juta orang.
  • Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 7,87 persen, mengalami penurunan apabila dibandingkan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen, dan TPT Agustus 2008 sebesar 8,39 persen.

Tahun 2010
  • Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta orang.
  •  Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9 juta orang.
  •  Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen


D.1 Juta Sarjana Jadi Pengarngguran
Ketua Presidium ICMI Pusat, Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim menegaskan, sebanyak 1 juta lulusan perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang bergelar sarjana menganggur. Sedangkan keseluruhan jumlah penganggur di Indonesia sebanyak 5,5 juta orang.
“Data yang dilansir pada awal 2008 itu menunjukkan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Selain itu, data itu juga menunjukkan bahwa menempuh pendidikan di PT hanya menjadi salah satu jalur yang dilalui untuk menempuh tantangan di arena hidup yang sesungguhnya.
Cepat atau tidaknya lulusan PT bekerja, bergantung kepada kreativitas dan keinovatifan dalam menggali potensi yang dimiliki,” kata Marwah saat berbicara di hadapan mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung di Auditorium UIN SGD, Jln. A.H. Nasution 105 Bandung.
Kegiatan itu merupakan salah satu materi acara yang digelar pada “Ta’aruf Mahasiswa Baru UIN SGD Bandung, Tahun Akademik 2008/2009?. Selanjutnya birokrat yang saat ini banyak bergiat pada program pengembangan kepribadian itu mengatakan, ketika Indonesia memasuki usia kemerdekaan yang ke-63, Indonesia masih dibelenggu oleh berbagai permasalahan.
Di era abad milenium ini, katanya, Indonesia masih menjadi negara yang mengimpor bahan-bahan pangan. Beberapa jenis bahan makanan, seperti beras, kedelai, jagung, singkong hingga garam, masih diimpor oleh negara yang berslogan Negeri Gemah Ripah Lohjinawi ini. “Salah satu bahan pangan yang diimpor dari luar negeri yaitu gandum. Impor bahan untuk pembuatan roti itu berasal dari beberapa negara di Benua Amerika dan Eropa. Sedikitnya 4,5 juta ton gandum setiap tahun didatangkan ke Indonesia,” katanya.
Disebutkannya, kenyataan lain yang juga membuat bangsa Indonesia prihatin, yaitu masih rendahnya pendapatan per kapita manusia Indonesia. Rata-rata pendapatan per kapita setiap penduduk Indonesia hanya sebesar 1.000 dolar Amerika Serikat/AS (Rp 1 juta) per tahun.
“Angka sebesar itu sangat jauh dibandingkan negara-negara lain yang sudah mencapai predikat negara maju. Untuk negara Jepang misalnya, rata-rata pendapatan per kapita penduduknya mencapai angka 37.000 dolar AS (37 juta) per tahun,” ujarnya.
Marwah mengungkapkan, data lain yang akan membuat semakin prihatin rakyat yaitu membumbungnya utang luar negeri Indonesia. Pada tahun ini, utang luar negeri Indonesia sebesar Rp 1.500 trilliun. “Angka itu menunjukkan bahwa setiap orang Indonesia memiliki beban utang sangat besar. Dari 200 juta penduduk Indonesia, setiap warga Indonesia menanggung utang sebesar Rp 7 juta,” tuturnya.
Menurut Marwah, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang membebani Indonesia, manusia Indonesia ha-rus meningkatkan kemampuan dalam memenej diri. “Kalangan muda yang akan berkiprah 4 hingga 5 tahun yang akan datang dituntut melakukan visi kehidupan yang jelas. Tidak pada tempatnya jika kita menggantungkan hidup kepada orang lain,” katanya.

E.Kambing Hitamkan Krisis Global
Krisis global selalu jadi kambing hitam bangkrutnya Indonesia. Kali ini juga, Armida menyatakan, ada dua hal yang membuat penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan tahun lalu tidak tercapai. Pertama, adanya pengurangan subsidi yang mengakibatkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga 2 kali pada tahun 2005. Kedua, adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008. “Terasa kita yang sifatnya external shock itu yang mungkin mempengaruhi pencapaian 2005-2009”. Yang menyampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida S. Alisjahbana.

BAB III
PENUTUP

Pengangguran sudah menjadi masalah konkrit yang sulit untuk di pecahkan di Indonesia. Hal tersebut di karenakan jumlah populasi  penduduk Indonesia tinggi, yang tidak disertai dengan pembukaan lapangan pekerjaan yang memadai. Jumlah pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol menjadi masalah lain yang harus ditangani oleh pemerintah. Sebenarnya peranan pemerintah pada lima tahun terakhir sudah cukup menjanjikan terbukti dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2005 yang mencapai 10,3 persen menjadi, 10,4 persen pada Februari 2006, pada Februari 2007 menjadi 9,75 persen, pada Februari 2008 menjadi 8,46 persen, pada Februari 2009 sebesar 8,14 persen,pada Februari 2010 yang manjadi sebesar 7,41 persen. Akan tetapi hal tersebut perlu ditingkatkan lagi agar pada akhirnya nanti Indonesia bebas dari pengangguran. Hal yang perlu ditingkatkan agar jumlah pengangguran di Indonesia dapat berkurang antara lain dengan penyuluhan program keluarga berencana(KB) untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pemerintah juga perlu membuka lapangan pekerjaan baru,seperti menghidupkan kembali program transmigrasi yang sempat berjalan beberapa tahun yang lalu. Memberikan pendidikan ketrampilan juga perlu diberikan oleh pemerintah agar dapat berwirausaha sendiri dan dapat ikut membantu mengurangi pangangguran. Penyaluran tenaga kerja Indonesia(TKI) juga menjadi pilihan lain untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, akan tetapi pemerintah jangan lantas menjadikan penyaluran TKI sebagai pilihan utama, kita bangsa besar tapi jangan sampai disebut bangsa yang besar penyalur TKI apa kita tidak malu jika disebut separti itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar